26 Des 2008

MENAKAR PERAN SEKOLAH DAN BIMBINGAN BELAJAR



Era globalisasi menuntut kancah pendidikan untuk bisa melahirkan generasi yang siap bersaing dalam tataran global yang harus dituntaskan oleh semua elemen pendidikan. Manusia yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi itulah yang di dambakan. Dalam konteks kualitas, mutu pendidikan di Indonesia harus terus ditingkatkan agar bangsa Indonesia mampu bersaing dengan negara lain.Target yang mestinya dipatok saat ini minimal ketiga ranah kompetensi yakni, keilmuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif) harus tertanam dalam diri generasi bangsa kita.

Oleh karena itu, pendidikan sebagai jalur utama pengembangan SDM dan pembentukan karakter adalah kata kunci dalam menentukan nasib bangsa. Hal senada diungkapkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada pembukaan acara E-9 Ministerial Review Meeting ke-7 di Hotel Westin, Nusa Dua, Denpasar Bali, pada awal maret lalu, menyampaikan bahwa kesejahteraan suatu bangsa bergantung pada ekonomi dan teknologi, sementara kemajuan teknologi bergantung pada pendidikan. Disini menekankan bahwa salah satu titik penentu pembangunan Nasional dipicu oleh sektor pendidikan. Dalam Undang-Undang No. 2 tahun 1989, juga termaktub tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat manusia Indonesia. Tentunya undang-undang ini tak lepas dari misi utama yaitu tercapainya tujuan nasioanal. Pada Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.
Jalur pendidikan sekolah yang dimaksud disini adalah jalur pendidikan yang dieselenggrakan oleh pihak sekolah yang berjenjang, dari tingkat SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Mengengah Atas). Sementara jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan bersinambungan. Satuan pendidikan luar sekolah meliputi kursus/lembaga pendidikn ketrampilan dan satuan pendidikan yang sejenis.

Bimbingan Belajar: Trend Baru Pendidikan
Dibelahan kota baik besar maupun kecil, lembaga pendidikan luar sekolah ini menjamur dimana-mana. Lembaga yang akrab dengan sapaan masyarakat dengan ‘tempat kursus’ atau ‘bimbel’ (bimbingan belajar) ini saling ‘bersaing’ antara satu sama lain, dengan menawarkan berbagai macam fasilitas, dan jaminan-jaminan keterampilan dari tiap level, baik untuk anak usia dini bahkan sampai kepada usia kerja. Maka tidak heran dalam waktu beberapa pertemuan saja, anak pun bisa membaca dan berhitung.
Ketika ditelusuri, kebanyakan dari mereka yang sangat tertarik dengan keberadaan bimbel ini adalah golongan menengah ke atas, dalam artian hanya orang-orang yang berduit, karena pihak lembaga atau bimbingan tidak segan-segan memasang harga tinggi kepada orang tua. Namun tetap saja orang tua masih mempercayakan anak mereka untuk dibimbing oleh para tenaga tutor (tentor) tersebut. Soal duit bukan masalah lagi, yang penting si anak bisa pintar. Nah timbul pula pertanyaan yang mengusik hati kita, yakni: apakah peran sekolah dewasa ini diragukan oleh orang tua?


Menengok akar dari permasalahan ini, bukanlah sebuah solusi yang harus diperdebatkan, akan tetapi perlu kiranya dicermati dan dipelajari oleh semua elemen sekolah dan tidak terlepas dari kita semua. Menurut hemat penulis terdapat beberapa faktor yang sangat mendasar mengapa para orang tua mempercayakan anak-anaknya untuk diajar oleh tentor di sebuah bimbingan belajar. Sedangkan jika ingin dibandingkan antara kompetable seorang guru disekolah dengan tentor di bimbel, belum ada standar yang jelas untuk orang tua siswa membandingkan mereka. Namun satu yang jelas, adalah persoalan kedisiplinan dan monitoring yang super ketat dilakukan oleh pihak lembaga.
Di lembaga bimbingan manapun, dalam hal ini mutu seorang tenaga pengajar, selain dari kemampuan dan keterampilan yang menjadi pokok pertimbangan utama untuk menjadi seorang tentor, yang tidak kalah pentingnya, adalah kedisiplinan yang wajib tertanam bagi seorang tentor. Hal ini bukan menjadi ukuran yang sepele. Ketika jam mengajar mereka (tentor) telah tiba, mau tidak mau pekerjaan lain harus mereka tinggalkan. Hal ini sudah mendarah daging bagi semua tentor. Berhubung karena konsekuensi yang berat mereka mau tidak mau harus disiplin pada jam pelajaran yang diamanahkan.
Namun tidak cukup hanya dengan kedisiplinan, pengawasan atau monitoring yang juga ketat dilakukan oleh pihak lembaga. Pihak bimbingan tanpa segan-segan mengenakan hukuman atau sanksi kepada siapa saja tentor yang melakukan pelanggaran. Selain pengawasan ketat terhadap kehadiran, pengawasan langsung oleh koordinator tiap bidang studi terhadap proses belajar mengajar juga sangat dititiberatkan oleh tiap bimbingan. Maka tidak heran, jika tenaga-tenaga pengajar bimbingan berhasil mengajarkan kepada siswa-siswa sehingga ketika dibandingkan antara siswa yang ikut bimbel dengan yang tidak, terlihat jelas perbedaannya.

Kesejahteraan Tenaga Pendidik
Selain faktor kedisiplinan adanya pengawasan yang cukup ketat dengan bermacam embel-embel aturan oleh pihak bimbingan, yang juga menjadi penunjang utama yakni salery atau gaji yang benar-benar menjamin kesejahteraan tiap pengajar. Kalau persoalan uang apapun bisa dilakukan. Begitulah gambaran seorang tentor. Apalagi rata-rata tentor-tentor di bimbingan merupakan mahasiswa yang notabene ingin menambah isi kantong mereka. Mengajar di bimbingan jarang sekali yang mengeluhkan tentang persoalan gaji, tergantung jumlah kelas yang diajarkan. Hitungan perjam sekian rupiah perkelas yang menjanjikan itulah membuat tenaga pengajar didorong untuk mengajar dengan semangat.
Kesejahteraan tenaga pendidik sangat menentukan keberhasilan guru dalam mengajar, hal ini sudah banyak terbukti. Baik guru di sekolah maupun di bimbel sama-sama mendapatkan tunjangan dan gaji, bedanya pada amount yang mereka terima. Gaji guru yang masih terbilang rendah sehingga, motivasi dan konsentrasi untuk mengajar di sekolah juga rendah, bagaimana tidak seorang guru PNS misalnya harus memikirkan dimana lagi lahan-lahan untuk menambah penghasilan perharinya. Sehingga fokus untuk mengajar siswa di sekolah dilaksanakan hanyalah untuk melaksanakan kewajiban sebagai tanggungjawab moral semata. Tidak untuk memajukan pengatahuan siswa atau berusaha membektuk karakter siswa yang pandai.
Bonafit tenaga pengajar bimbel benar-benar dikontrol dan dijamin dengan kesejahteraan yang memadai, dalam artian tenaga dan pikiran yang mereka keluarkan sebanding dengan apa yang peroleh (gaji) dan tentunya kesejahteraan yang menunjang pastinya mendorong motivasi mengajar, sehingga bukan hal yang perlu diragukan apabila tidak sedikit siswa di sekolah yang ikut bimbingan belajar diluar sekolah menjadi lebih pintar di banding siswa-siswa yang tidak ikut bimbingan. Ini merupakan sebuah realitas yang perlu dipahami ulang dan dicermati mestinya oleh guru-guru yang mengajar di sekolah. Karena secara tidak langsung bisa saja terbentuk opini publik bahwa siswa tidak pintar karena bersekolah di sekolah negeri tersebut, melainkan pintar karena mengikuti bimbingan belajar di luar jam sekolah. Namun sangat sempit kiranya pemikiran seseorang jika menyimpulkan sedemikian rupa, akan tetapi dalam konteks lain, yang perlu dipetik dengan maraknya bimbel sekarang ini adalah bagaimana supaya guru-guru di sekolah (PNS) tidak kalah saing dengan para tentor di bimbingan belajar seperti sekarang ini.

Sebuah Tantangan dan Ancaman
Guru merupakan ujung tombak keberhasilan suatu sistem pendidikan. Bagaimanapun sistem pendidikannya, jika guru kurang siap melaksanakannya tetap saja hasilnya sama "jelek". Sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang diterapkan saat ini, mestinya menjadi pedang yang tajam untuk menjadikan siswa pintar di sekolah. Dengan pemahaman yang luar biasa dengan memanfaatkan sebesar-besar waktu di sekolah, akan bisa menjamin proses belajar mengajar menjadi lebih baik.
Hal yang sama juga dilakukan oleh bimbingan belajar, mereka juga mengajarkan kepada siswa sesuai kurikulum yang berlaku di sekolah-sekolah umumnya, namun ada yang berbeda, mereka tidak berpatok pada elemen-pelemen kurikulum itu saja. Kurikulum yang berlaku haya dijadikan acuan agar pembelajaran tidak melenceng dengan pembelajaran siswa di sekolah. Disinilah perbedaan antara guru di sekolah dengan tentor di bimbingan, wawasan dalam mengembangkan kurikulum berbeda. Guru-guru di sekolah masih bingung bagaimana menerapkan sebuah kurikulum dalam PBM, akan tetapi para tentor tidak ambil pusing dengan mengikuti tiap-tiap isi kurikulum itu, yang terpenting adalah bagaimana bisa mengajarkan dan menjadikan siswa paham dan mampu menelaah suatu pelajaran sesuai dengan kurikulum dari masing-masing sekolah. Pemahaman mereka terhadap kurikulum termaktub pada kemampuan siswa memahami pelajaran tersebut. Dan lebih asyik lagi tentor betul-betul mengajar bagaimana teknik yang jitu dalam memberi pemahaman dengan cara yang sangat simple dan tidak menyulitkan bagi siswa.
Berdasarkan beberapa faktor diatas, hanyalah merupakan sedikitnya problematika yang dialami oleh guru-guru di sekolah umumnya (PNS). Sehingga bisa dikatakan bahwa posisi guru-guru benar-benar terancam dengan kehadiran tentor (tenaga tutor) di bimbingan yang menjamur di kota kita ini. Dan kehadiran bimbingan juga tidak bisa di nafikan karena eksistensi mereka (bimbel) benar-benar memberikan input yang sangat mendukung lahirnya generasi anak bangsa yang diinginkan. Ini terbukti dengan realitas yang terjadi di depan mata kita. Jika tidak ada respon terhadap problematika diatas, bisa saja suatu hari nilai tawar guru di sekolah menjadi tidak diakui di mata masyarakat. Kehadiran bimbingan belajar seperti sekarang ini, perlu dijadikan sebuah asumsi yang positif bagi pihak pemerintah pada umumnya dan sekolah-sekolah pada khususnya untuk lebih berdaya saing lagi dalam hal apapun, baik itu, kesejahteraan guru, persoalan kurikulum yang konon katanya berbelit-belit dan berbagai macam problematika lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar